Senin, 07 November 2016

Pengaruh Teknologi Digital di Dunia Pendidikan

   Teknologi selalu berkembang sesuai dengan zamannya . Dulu kita memanfaatkan pertanian demi menjaga kelangsungan hidup . Loncat ke abad 18 , Inggris merubah teknologi kita dengan melakukan revolusi . Mesin uap diciptakan dan mulailah zaman yang dikenal dengan zaman industri . Di tahun 1969 internet pertama muncul yang digunakan sebagai teknologi pertahanan oleh Amerika Serikat . Dan pada 1980an komputer sudah menjadi alat yang umum dijumpai di rumah-rumah .
   Dan sekarang , kita sudah berada di zaman digital . Perusahaan digital memenuhi Forbe's List . Smartphone yang selalu berganti setiap tahun . Aplikasi baru yang selalu bermunculan . Dan kita yang selalu bergantung pada smartphone dan devices lainnya . Jika kita membuka mata , hampir semua yang bisa dilihat sudah terdigitalisasi . Beli tiket secara online sudah bukan hal yang asing . Daftar bpjs online ? Bisa . Ingin membuat pembukuan pada ukm anda ? Tinggal di-excel-kan saja .
   
   Beralih ke dunia pendidikan , di tempat saya menuntut ilmu , kami mempelajari manajemen secara umum ditambah pengenalan terhadap teknologi digital yang dapat membantu kegiatan manajerial . Kami mempelajari coding , analisis data , dan pengembangan software secara umum . Sangat banyak informasi yang dapat diambil pada tempat ini .
   Tetapi ada satu pertanyaan yang selalu mengganjal di benak saya . Kenapa kami selalu dipaksa menggunakan cara manual ? Seperti contoh pada pelajaran metode kuantitatif , kami diberi beberapa jalur distribusi produk dan secara manual kami disuruh mencari mana yang merupakan jalur tersingkat . Masih di metode kuantitatif , ada soal tentang iterasi , saking membingungkannya saya tidak sanggup untuk sekedar menjelaskan kepada anda .
   Pada statistik bisnis , saya menganggap pelajaran statistik adalah matematika yang dicampur dengan huruf . Matematika yang hanya menggunakan angka saja sudah kesusahaan apalagi yang dicampur dengan huruf . Dan tetap , kami disuruh menggunakan cara manual . Ketika ditanya , kenapa tidak menggunakan komputer ? Jawaban dosen yang bersangkutan selalu sama . "Supaya kalian mengerti cara manualnya"
   
   Jujur saya tidak puas dengan jawaban tersebut . Iya , tahu cara manualnya memang bagus , apabila kalian pintar . Bagi yang kemampuan numeriknya tidak terlalu bagus , cara manual seakan sia-sia . Tidak semua orang pintar secara akademik , pahami itu . Tapi semua orang cerdas secara alami . Kita semua bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan cara yang kita inginkan . 
   Dan menurut saya , teknologi digital tidak akan punah untuk 10 tahun ke depan . Bahkan pada saat ini teknologi digital mengalami pertumbuhan yang sangat pesat , berada di masa jayanya . Semakin banyak perusahaan teknologi bermunculan di Indonesia . Siapa yang tak kenal Traveloka dan Gojek . Pada masa awalnya mereka ditentang karena merubah cara manual yang telah ada sejak puluhan tahun . Kini mereka yang menjadi contoh para kompetitor .

Apa jadinya  jika kita dipaksa menggunakan cara manual ? 
1. Rugi Waktu
    Sudah bukan rahasia menggunakan cara manual memerlukan banyak langkah . Langkah pertama kita mengambil keterangan yang diketahui dari soal tersebut . Langkah kedua kita melupakan rumus yang telah dihafal semalaman . Langkah ketiga kita menggunakan rumus buatan sendiri yang masih dipertanyakan kebenarannya .
2. Rugi Uang
    Ya , waktu adalah uang . Kita telah menghabiskan waktu untuk jawaban yang tidak pasti . 
3. Rugi Potensi Pendapatan
    Dalam dunia kerja , kita harus melakukan sesuatu dengan cepat dan tepat supaya bisa produktif . Pada masa perkuliahan , sama saja . Saya berpotensi mendapat nilai bagus kalau diizinkan memakai komputer pada ujian .
    
   Bukankah pengertian dari manajemen adalah seni untuk menyelesaikan suatu pekerjaan . Kenapa kemampuan memecahkan masalah kami harus dibatasi ? Apakah cara yang berbelit-belit lebih bermanfaat dibanding cara yang simple ? Semakin saya memikirkannya , semakin banyak pertanyaan baru yang muncul .
   Kesimpulan saya , teknologi digital adalah masa kini dan masa depan . Sudah sangat banyak penggunaan teknologi digital di kehidupan sehari-hari , dari yang bermanfaat hingga tidak sama sekali . Bisnis model , teknik marketing , keunganan , dan aspek lain telah beralih ke digital . Dunia pendidikan kita sudah memanfaatkan teknologi digital dengan memberi kita pelajaran baru yang bermanfaat ,  tapi tetap mereka belum mau move on dari cara manual . Yang dirugikan adalah generasi muda , kami punya banyak potensi , jangan batasi kemampuan kami . 
Terimakasih dan sekian .



https://www.akuntansionline.id/tinggalkan-cara-manual-mengelola-keuangan-ini-alasannya/

Senin, 31 Oktober 2016

Sial di Pagi Hari

   Pernahkah anda , ketika mendengar alarm pagi  anda berpura-pura untuk tidak mendengarnya ? Dengan pikiran yang dikaruniai oleh Allah , dengan munafiknya anda berasumsi "Ah , saya masih belum yakin bunyi alarm ini adalah bagian dari dunia fantasi saya atau sudah menjadi realita pertama saya hari ini" . Pernahkah anda ? Kalau saya pernah .
   Tadi , ketika fajar akan keluar dari persembunyiannya saya mendengar bunyi gaduh seperti "tit tut tit tut..." . Berkesinambungan , bunyi tersebut tanpa henti mengusik alam mimpi yang tak berbatas . Ketika itu saya akan diangkat menjadi pejabat tinggi di suatu daerah yang kaya akan hasil tambang . Mendapat tunjangan yang tak masuk akal dibandingkan dengan gaji pokok . Dan mendapat hak untuk berbuat sesuka hati . Grazie mille alarm pagi , sekali lagi saya menjadi bukan siapa-siapa karena anda .
   Dengan fakta yang menyakitkan saya pun memutuskan untuk bangun . Teringat akan kuliah pertama saya pada pukul 6.30 , jatah absen yang telah terhabiskan , dan tanggung jawab terhadap profesionalitas diri yang mulai muncul . Saya lepaskan selimut yang membelunggu . Tak lupa saya mengucek bola mata hitam ini . Lalu dengan gagah saya berkata (maaf) "jancuk" . Jam di telepon genggam menunjukan pukul 6.15 . Dengan kondisi bangun tidur saya yang tak seindah selebgram , mustahil bagi saya untuk keluar dari kandang 4x3 ini tanpa mandi dan berbenah . Belum lagi jarak tempuh dari kost saya menuju kampus sekitar 15 menit . Sudah pasti saya akan terlambat . Saya hanya berharap ini akan menjadi terlambat yang dapat ditolereransi .
   Pasti anda mengira pada saat itu saya akan segera mandi bukan ? Anda hampir tepat . Saya akan segera mandi dan berangkat . Tapi sebelumnya , ngopi . Cuma kopi dan harus kopi  sebagai benda asing pertama yang masuk ke mulut saya . Bahkan sikat gigi tidak mampu masuk sebelum mulut saya disinggahi kopi .
   Akhirnya , setelah melewati serangkaian aktifitas yang saya jabarkan di atas , pukul 7.15 tepat saya tiba dikampus . Dengan semangat anak-anak tangga saya lewati , ada satu anak tangga yang nakal , dia membuat saya terjatuh . Beruntung saat itu kampus belum ramai sehingga saya terbebas dari perasaan malu . Dan saya pun tiba di depan anak tangga terakhir . Ini adalah momen dimana saya akan memasuki kelas . Ini adalah saat dimana saya diizinkan mengikuti perkuliahan atau malah diusir dengan jari telunjuk .
   Apakah yang akan terjadi ketika saya memasuki kelas ? A) Saya diizinkan masuk . B) Kelas menjadi hening tanpa sebab yang jelas . C) Saya diusir dengan jari telunjuk . D) Saya bukan siapa-siapa , tidak ada yang sadar kalau saya hadir/tidak .






Bukan jawaban di atas . Ketika saya memasuki kelas saya disambut oleh papan tulis
"DOSEN TIDAK HADIR . KELAS PENGGANTI DIUMUMKAN KEMUDIAN ."
Sayapun dengan spontan berkata (maaf sekali lagi) "jancuk"

Selasa, 25 Oktober 2016

Yup , Dia Kepepet

   Apa lagi alasannya , untuk seorang calon sarjana , yang seharusnya saat ini sudah menjadi sarjana , untuk membuat blog ? Atas dasar apa mahasiswa manajemen yang berkutat pada subjek it , politik , bisnis , dan media masa untuk turut aktif di dunia per-blogger-an ? Mungkin sebagian bertanya , kenapa manusia dengan tingkat kemampuan rata-rata punya harapan untuk meraup keuntungan dari industri kreatif ?
   Mungkin , jawabannya adalah . Dia kehabisan waktu untuk bermalas-malasan . Bisa jadi kuota "nanti saja"-nya untuk menjawab masa depan semakin menipis . Lantas bagaimana dengan duit bulanannya ? Hmm menarik . Sudah rahasia umum bahwa "mahasiswa" adalah pekerjaan yang dijamin oleh pemerintah . Sehingga dia seakan terbuai oleh gaji butanya .
   Jadi , dengan waktu yang semakin menipis , keuangan yang sering meringis , dan tingkat intelegensi yang bisa diasumsikan sedikit di atas minimalis . Bisa kita simpulkan kenapa manusia pemalas seperti itu mulai berusaha untuk menata hidupnya . "Yup , dia kepepet"
   
   Harapan penulis , The Power of Kepepet bukan hanya menjadi pribahasa atau kumpulan kata yang berirama indah . Setidaknya kita bisa mengambil makna darinya . Seperti yang kita tahu , "dia" yang penulis bicarakan di tulisan tersebut adalah (dalam pengalaman penulis) merupakan gambaran umum generasi muda sekarang . Bermalas-malasan hingga melakukan sesuatu yang kontra produktif . Di hari tuanya dia akhirnya sadar . Beruntung dia mau mulai berusaha untuk menata hidupnya . Semoga dia tidak menyerah dan kembali kepada kehidupan lamanya .
 

vm
bandung , 26 okt

*postscript
Tulisan di atas bukan merupakan pengalaman pribadi penulis .